Kebotoelan wa’tu pulang kampoeng puase pertame ye tang jumpe ngan Pak De Iddik, kebotoelan agek urang wa’tu iye pas nyumbo jolon ye. Cirite lah panjong lebor sampai ke cirite joman gek dolok. Ciritenye ittoek:
Desa Pedada Dulu
Pernahkah terpikir oleh teman-teman tentang sejarah masa lalu desa kita? Tentang asal mula Teluk Keramat? Dulu (joman belonde) ternyata yang disebut Teluk Keramat itu adalah desa yang berada di bagian dari Desa Pedada (di sebagian area Desa Pedada), tepatnya di seberang Sungai Serabek dari Desa Teluk Keramat sekarang (Dusun Keramat Desa Sungai Serabek).
Entah karena apa, pada saat dimulainya pemerintahan Wedana (sekarang disebut Camat), area desa itu pun dipindahkan ke tempat di mana Desa Teluk Keramat sekarang. Sehingga, desa asal Teluk Keramat pun ditinggalkan dan menjadi hutan (sekarang). Kabarnya, dulu (menurut cerita Pak De Iddik) di kampung ini area pemerintahan Belonde udah lumayan maju. Kalau teman-teman masih ingat tentang batu "timboel" (mengapung), yang pernah ngetop jaman saya SD dulu (kalau tidak salah) sebenarnya adalah batu yang digunakan oleh orang "gek dolok" untuk menggiling tebu. Memang daerah Teluk Keramat sejak dulu sudah terkenal dengan penghasil gula tebu (termasuk Desa Pedada).
Seingat saya, dulu waktu saya masih berumur lima tahun (belum sekolah) yang namanya penggilingan tebu sudah exist di Desa Pedada yaitu di sebelah rumah Ki Rosep (Su Rosep - alm) - Nek Aki Hairol. Pertama kali melihat gilingan ini seram juga, soalnya ini gilingan besar sekali. Ada roda kecil di bagian bawah tali yang membentang dari mesin ke gilingan.
Waktu itu, Nek Aki saya juga masih hidup, dan masih kuat untuk membuat gula merah dari tebu "gelogoh" alias "tabbu karra'". Tebu unggul masih belum ada kala itu, tapi tebu yang keras sudah ada. Namun, tebu yang lunak ini masih cukup terkenal walau kadar gulanya terbilang sangat sedikit.
Kembali ke cerita sebelumnya, menurut tuturan Pak De Iddik yang juga dituturkan dari Bapak dari Pak Rayyadon (Urai Hadran) yang bermukim di seberang Desa Pedada (di Teluk Keramat sekarang), bahwa di bekas cikal bakal Desa Teluk Keramat dulu itu ada harta karun yang tertinggal dan tertanam di sana. Kabarnya pula, jumlahnya itu tidak sedikit yaitu berupa emas satu tempayan yang ditanam hanya dengan penanda berupa "simpoer".
Walaupun ini hanya kabar dari tuturan yang tidak ada sejarah tulisnya, mungkin hal ini patut kita catat dalam sejarah. Atau paling tidak, mengapa tidak ada warga dari Desa Teluk Keramat yang berminat mengungkap sejarah ini dengan melakukan penuturan ke sejarah desa mereka ini. Sayang sekali kalau sampai sejarah ini tenggelam bersama hilangnya satu per satu warga tua dari desa Teluk Keramat.
Saya tidak tertarik dengan jumlah emasnya, tapi saya tertarik dengan nilai sejarahnya. Pasalnya, cerita tentang "Kapal Lanun" yang katanya pernah terkandas di Sange' Tebat (Sange' Tabbot) ternyata bukan hanya isapan jempol belaka. Ditemukan bukti sejarah tentang Kapal Lanun ini ketika proyek jumbo masuk ke sana. Ditemukan pula bekas kapalnya yang berupa "tokok kapal" dan "botel". (Maaf untuk tokok dan botel ini saya kurang tau menafsirkannya ke dalam Bahasa Indonesia).
Dan bukan suatu yang mustahil cerita tentang emas setempayan ini juga benar dan nyata. Who knows?
Goyyelah Ciritenye…. (Besamboeng)
No comments:
Post a Comment